Kamu baru saja belajar renang,bukan survive di laut

Brilyandika Andhana
3 min readNov 26, 2020

Hi sobat yang baru wisudah!, Disini hamba akan bicara mengapa akademisi dan praktisi terkadang tidak sepaham, tanpa mengurangi rasa hormat untuk semua. Karena disini hamba juga belajar atas pengalaman hamba. hamba akan menyampaikan opini versi hamba tentang akademisi dan praktisi.hamba paham konteks ini sangatlah sensitif tapi coba baca dulu sampai akhir.

Photo by Good Free Photos on Unsplash

Banyak teman hamba setelah wisuda mencoba mencari pekerjaan,Di satu sisi menurut rata rata mahasiswa ilmu yang didapatkan sudah lebih dari cukup, sedangkan satu sisi lain menurut praktisi atau perusahaan mahasiswa belum layak untuk bekerja. Kenapa itu bisa terjadi?

Photo by Birmingham Museums Trust on Unsplash

Opini hamba akademisi belum paham medan perang di lapangan, sedangkan praktisi belum paham majemuknya pemikiran mahasiswa.Tidak ada yang salah dari dua sisi tersebut yang perlu kamu gali adalah dirimu sendiri karena hakikatnya otakmu yang bekerja. Dan ilmu dari manapun dan bidang apapun seharusnya kamu buat asupan pondasi untuk otakmu. Jika membandingkan dua sisi tersebut tidak akan ada habisnya. Cukup pahami saja, analoginya gini unta tidak akan tahu ada hiu walau satu bumi.

Photo by Chris Benson on Unsplash

Pada dasarnya mencari ilmu adalah sebuah kewajiban terlepas dari bidang apapun dari manapun selama ilmu itu positif, dari ilmu itu kamu akan survive untuk hidup entah kamu buat bekerja mencari uang, berbagi mengexplore diri dan lain lain.Anggap saja kamu sedang perang, emang kenyataannya begitu jika kamu tidak siap membawa bekal amunisi untuk otakmu mungkin kamu akan mati di tengah jalan.

Photo by Blake Wheeler on Unsplash

Berdasarkan pengalaman hamba yang pernah menjadi mahasiswa kemudian terjun bebas di laut (analogi kehidupan kerja) jelas sangatlah susah untuk adaptasi,Apalagi hamba putar haluan dari bidang yang pernah digeluti (tidak masalah) terlepas kamu seorang generalis atau spesialis.Dimana saat HRD bertanya seberapa banyak pengalaman kamu dan berapa case yang kamu selesaikan? kamu bisa menjawab dengan santuyy dan yahuyy.

Photo by Marten Bjork on Unsplash

Hamba mempunyai teori sendiri “jika orang sudah dikatakan kerja minimal sudah melewati 5 atau 6 bulanan”. kenapa? karena 1–3 bulan sendiri sejatinya kamu masih adaptasi atas ilmu yang diberikan oleh akademisi dan kamu mencari ilmu dari luar. Kerja disini maksudnya paham seluk beluk tentang bidang yang digeluti.

Ya semua akan adaptasi dari case-case yang terjadi saat ini. (ini bukan kasta master ataupun noob) semuanya sama sama belajar. master atau noob itu hanya interpretasi individu.

Photo by Markus Spiske on Unsplash

Dunia IT sendiri perputarannya perdetik bukan lagi pertahun. Nah 1–5 bulan itu adalah masa kamu mencari pengalaman untuk diserap. Berhubung hamba adalah orang yang tidak percaya akan arti “passion” itu sendiri jadi bekerjalah sesuai vibes kamu mungkin itu yang lebih cocok dan tak perlu khawatir apakah sia sia ilmu yang telah di pelajari selama 4 tahun di kampus/sekolah.

Jawabannya tidak, malah kamu berterima kasih bersyukur atas ilmu yang sudah kamu serap. itu adalah pondasi kamu,amunisimu.Tak perlu risau akan hangusnya sebuah ilmu, ilmu tidak akan hangus yang terpenting kamu tahu dasar berilmu dan ilmu yang kamu pelajari itu.

Kesimpulannya adalah akademisi memberikan dirimu cara untuk renang, tapi tidak untuk survive dilaut, sedangkan praktisi memberikan gambaran di medan perang .Jadi kamu jangan senang senang karena awal dunia baru dimulai kamu baru saja belajar renang,bukan survive di laut.

Saran hamba coba pelajari ilmu dari magang ataupun ikut kontrak kerja setelah kuliah bidang apapun selama vibesmu disitu.Tanya pada dirimu sendiri apakah sudah siap untuk berperang? apakah amunisi mu cukup untuk melawan?.

Mungkin itu dulu kilas opini dari hamba, nanti postingan selanjutnya akan bahas peraduan dalam dunia kerja.

--

--