Fenomena menarik skema ponzi hingga drama dagang privasi oleh kompeni

Brilyandika Andhana
3 min readJan 14, 2021

Disini hamba akan coba beropini tentang maraknya aplikasi baru rilis hingga informasi kebijakan privasi bertebaran yang lambat laun terendus user anyar. Iyap apalagi kalau bukan tentang VTUBE dan WA.

Rencana jadi wacana, ngefilter informasi eh pas dijajal kok malah ada kata asik dan terusik yang tersemat pada pikiran mereka 😅, unik juga kemajemukan para insan satu ini. Kita bedah agar tidak ada kata bedebah dalam negeri antah berantah.

Mulai dari VTUBE siapa yang tak mengenal aplikasi satu ini?. Ubah hiburan jadi penghasilan ndogmu! cari penghasilan itu kerja bukan nonton iklan. Emang fenomena ini bikin hamba geleng kepala sih sebab para user udah merajalela membabi buta.

Tapi hamba kagum dengan pola pikir user mengabaikan legalitas, yang penting menguntungkan. Padahal ntar kena scam malah berderai air mata anda 😂. Iya gimana lagi ketika daftar aja udah minta NIK (padahal acak ngawur ga masalah) tapi para user belum mengerti itu, akhirnya banyak yang memasukkan data yang sebenarnya.

VTUBE sama seperti nenek moyang terdahulunya yaitu QNET mereka mengadaptasi ilmu skema ponzi yang banyak user belum sadar dari bunga tidurnya. Skema Ponzi singkatnya adalah modus investasi palsu yang digagas oleh paman charles ponzi pada tahun 1920 (belum lahir hamba tuh). Ya kamu tahu sendiri nasib QNET waktu itu gimana? Pasti kalian terbesit pertanyaan kenapa mereka bisa dapat informasi dusta seperti ini dan kenapa mereka bisa terjaring? kalian bisa membaca konten sihir digital satu ini

https://blog.wicaradigital.com/waduh-pusing-banyak-phising/

Sekarang kita bahas drama persosmed-an yang awalnya angin segar, kini menjadi angin ribut kan tujuan sosmed untuk mendekat erat dan menunjukan jati diri. Iya mendekat erat dan menujukan data diri ke kompeni lebih tepatnya.

Gini gini hamba perjelas dulu ya di dunia maya emang kenyataannya seperti ini disebabkan perputaran bisnis mereka. Jalan ninja mereka seperti itu memberikan akses gratis namun data kamu bernilai fantastis bagi mereka. hal itu sudah wajar bahkan ada yang nyeletuk “Kalau ga mau kebuka privasi ga usah main di dunia maya”.

Wuuh PH menganut falsafah “sepi ing pamrih rame ing gawe”. -PH Fellas

Lanjut apakah ini baik atau buruk tandanya? jawabannya bias brow. kok bisa? iya terbukanya privasi bisa menjadi postif atau negatif. Positifnya kalian sedang melakukan aktivitas apapun akan ditracking dan dibantu mencari rekomendasi atau saran atas kebutuhanmu. Tapi kok serem ya?. ya itu negatifnya bahkan data bisa aja bocor kita ga akan tahu apakah ada stakeholder lain yang licik. Semua pasti ada resiko dan positif negatifnya lah.

Berarti para kompeni tidak menghargai sebuah privasi?

Menghargai kok dengan nilai fantatis hehe. canda bos kompeni. Apakah pindah sosmed menjadi solusi?. oh tidak juga. mereka yang menjaga privasi juga bahaya loh. Contoh yang lagi rame bos telegram sindir WA. Sudah menjadi rahasia umum kalau Telegram adalah tempat para teroris sering berdiskusi sebelum melancarkan aksinya. Di sana, ada fitur secret chat yang benar-benar rahasia karena hanya pengirim, penerima, dan Tuhanlah yang tahu isi pesan-pesan yang sudah dikirim.

Segenap durov dan tim selalu mempromosikan bahwa aplikasi buatannya selalu dijamin keamanan data. Tapi banyak juga yang terjaring terroris xixixi.

Jadi balik lagi

Entah sosmed ataupun aplikasi lain sebenarnya mereka tidak jauh dari dagang privasi untuk kebutuhan asupan kompeni mereka. Jadi ga usah panik berlebihan maka dari itu berpijaklah dengan bijak. Udah sebaiknya menjaga privasi diri sendiri dengan stop gibah, stop tipu-tipu, stop bicara politik, stop kepo urusan pribadi orang lain dan terakhir stop minta link pemersatu bangsa. Makasih!

--

--